EK Bouquet: Usaha yang Dibangun Eka Widyani sejak Kuliah di Samarinda

TENGGARONG – Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah asal Kukar Eka Widyani membuat berbagai bentuk kerajinan tangan.

Kegemaran tersebut dituangkannya menjadi sebuah produk usaha yang bernama EK Bouquet.

Usaha tersebut telah dijalankannya sejak masih menempuh perkuliahan program sarjana di salah satu universitas di Samarinda pada 2018.

Dia bergerak di bidang usaha pembuatan berbagai bentuk bouquet atau cendera mata, yang dapat digunakan untuk hadiah di berbagai momen.

“Ide usaha awalnya karena saya masih mahasiswa pada saat itu,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Senin (20/11/2023).

Semula, Eka mengaku hanya membantu temannya yang meminta tolong dibuatkan cendera mata sebagai hadiah wisuda saudaranya.

Daripada membeli cendera mata ke tempat pembuatan bouquet yang harganya mahal, ia pun memberanikan diri untuk membuatkannya.

“Terus saya bilang, oh boleh, beli bahannya, saya buatkan, kata saya,” ujarnya.

Terkesan dengan buatannya, teman Eka pun mendorongnya untuk menjual bouquet tersebut.

“Kebetulan di kampus saya masih sedikitlah untuk usaha yang bouquet ini pada waktu itu,” sebutnya.

Setelah itu, ia mencoba membuka open order bouquet buatannya kepada mahasiswa-mahasiswa lain di Kaltim.

“Sekalinya banyak yang minat dan alhamdulillah bisa berlanjut sampai sekarang,” ungkapnya.

Eka merasakan banyak hal berkesan selama menjalankan usaha bouquet.

Para pemesan cendera mata darinya kerap menjadikan bouquet sebagai hadiah untuk orang-orang terkasih, baik hadiah ulang tahun maupun hadiah untuk momen-momen spesial lainnya.

Ia mencontohkan seorang suami atau istri yang ingin memberikan pasangannya hadiah. Mereka kerap memesan cendera mata dari EK Bouquet.

Suami maupun istri yang memesan bouquet darinya tergolong langka. Secara umum, ia mendapatkan konsumen yang mayoritas masih muda.

“Jadi, kalau misalkan ada suami yang mesankan untuk istri itu menurut kami itu bekesan sih. Terharu gitu. Mereka tuh masih ingat sama istrinya,” pungkas dia.

Siapa pun yang ingin memberikan cendera mata dengan harga yang terjangkau kepada orang-orang terkasihnya, bisa mendatangi toko EK Bouquet di Jalan Gunung Belah, Kelurahan Loa Ipuh, Tenggarong, atau memesannya lewat nomor 082266465913. (adv/mt/fb)

Owner Dapur Pelangi Bagikan Kian-Kiat Berwirausaha

TENGGARONG – Owner Dapur Pelangi Tony Anggara dan Renty Sari berpesan kepada setiap orang yang ingin berbisnis agar tidak takut memulai usaha.

Kuncinya, kata mereka, usaha yang digeluti harus benar-benar dipelajari dan dipersiapkan secara matang.

Keduanya berpendapat, berbisnis tak bisa hanya sekadar bermodal keinginan, tetapi tidak memahami cara menjalankannya.

“Jangan jua tegak misalnya bahasa itu jatuh, sejatuh-jatuhnya, karena ndik ada persiapan,” terang mereka saat ditemui di tempat usaha Dapur Pelangi, Sabtu (18/11/2023).

Pasangan suami istri ini menganalogikan memulai bisnis seperti seseorang yang ingin berenang ke sungai. Hal pertama yang harus dipelajari adalah cara agar bisa berenang supaya tidak tenggelam.

Dalam berwirausaha pun begitu. Seseorang harus mempelajari terlebih dahulu prinsip-prinsip kewirausahaan agar tidak jatuh dalam lubang kegagalan saat menjalankan usaha.

“Kalau misalnya dipelajari dulu, apa-apanya yang mau diterjuni ini dipelajari dulu, biar ndik gagal,” sebut Renty.

Ia juga menyoroti sebagian orang ingin berwirausaha, namun masih bekerja di tempat lain.

Dia menyarankannya agar tidak keluar dari tempat kerja tersebut. Sarannya, pekerja itu harus menjalankan keduanya secara perlahan.

Saat ingin berwirausaha, seseorang harus benar-benar mempersiapkannya secara matang agar tak salah dalam mengambil keputusan.

“Kalau bisa itu sudah jalan sepertiganya kah, baru berhenti gitu. Maksudnya, jangan langsung berhenti-berhenti, enggak ada persiapan,” sarannya.

Langkah itu bertujuan untuk menghindari stres yang timbul ketika usaha yang baru dimulai belum menghasilkan apa pun.

Dalam berwirausaha, sambung dia, ada proses yang harus dilalui. Sebab, setiap usaha tak ada yang langsung besar.

“Sekarang kan kayaknya setiap orang itu bisa bikin usaha. Ya kan? Tinggal bisa bertahannya atau enggak. Itu kan pasarnya dulu dipelajari. Jangan asal nyemplung,” terangnya.

Tony menambahkan bahwa berwirausaha harus berkelanjutan. Setiap orang bisa membuat usaha, tetapi belum tentu mampu mempertahankannya.

“Supaya berlanjut, ya kita belajar ilmunya. Sebelum start, kita sudah harus tahu nih, kita mau nyebur di daerah yang mana; apa persiapan kita,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Dapur Pelangi Buka Lapangan Kerja, Bangun Kesejahteraan Karyawan

TENGGARONG – Owner Dapur Pelangi Tony Anggara dan Renty Sari mengaku bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru setelah bekerja keras membangun usaha tersebut.

Keduanya bersyukur karena Dapur Pelangi bisa menebarkan manfaat untuk warga Kabupaten Kutai Kartanegara.

“Intinya kan maunya di situ. Buka usaha itu bukan cuman kami aja yang bermanfaat. Orang lain juga dapat manfaatnya,” beber Tony saat ditemui di tempat usaha Dapur Pelangi, Sabtu (18/11/2023).

Saat ini, pasangan suami istri tersebut mempekerjakan karyawan sebanyak 9 orang. Semua karyawan tersebut berjenis kelamin perempuan dan belum menikah.

Selama para karyawan bekerja di Dapur Pelangi, mereka bisa membangun kemandirian secara finansial.

Karyawan Dapur Pelangi umumnya masih berusia 18 tahun. Karyawan paling tua berusia 21 tahun.

“(Sebanyak) 9 anggota ini, 7 motornya baru di sini. bosnya masih pakai Scopy tua. Ada yang 1 tahun sudah ambil kreditan motor. Kan bersyukur,” ujar Tony.

“Jadi, memang usia mereka segitu sudah bisa beli motor sendiri, sudah hebat. Di mana kami masih kuliah dibiayai ortu, mereka sudah bisa beli barang sendiri, itu hebat,” imbuhnya.

Tony membagi tugas karyawan-karyawan Dapur Pelangi menjadi tiga tim: 4 orang tim produksi, 1 orang admin, dan 4 waiters yang mengelola order masuk.

Renty mengungkapkan bahwa Dapur Pelangi tak menjual produk jadi. Camilan-camilan yang dijual UMKM tersebut dibuat secara mandiri.

“Kami tuh enggak ada yang jual produk jadi. Jadi, kami bikin dari awal semua,” terang Renty.

Kata dia, produk terbaru Dapur Pelangi berupa dimsum pun diproduksi sendiri, bukan difrozen.

“Dari giling-giling sendiri, adonan sendiri, bukan dimsum yang misalnya frozen dibeli, itu enggak. Itu dari produk sendiri. Semuanya produksi sendiri,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Dapur Pelangi Tawarkan Ragam Camilan yang Dijual dengan Harga Murah Meriah

TENGGARONG – Dapur Pelangi menjual aneka camilan seperti donat, pizza, dan dimsum dengan rasa yang tidak akan mengecewakan para pecinta camilan.

Owner Dapur Pelangi Tony Anggara dan Renty Sari Ayu mengungkapkan bahwa siapa pun yang ingin menikmati camilan tersebut bisa memesannya di rumah produksi Dapur Pelangi.

Alamatnya di Jalan Arwana, Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong. Konsumen juga bisa mengordernya secara online melalui Instagram @dapur_pelangiii atau WhatsApp dengan nomor 081258017882.

Camilan Dapur Pelangi memiliki aneka harga yang murah meriah dengan kualitas baik: Donat topping mix rasa isi 6 dijual dengan harga Rp 20 ribu dan isi 9 harga Rp 30 ribu.

Pilih rasa isi 6 dengan harga Rp 24 ribu dan isi 9 dijual dengan harga Rp 35 ribu. Pilih rasa dan ganti topping isi 6 harga Rp 26 ribu dan isi 9 harga Rp 8 ribu.

Kemudian, donat topping chocolova berupa mix rasa dengan isi 6 harga Rp 30 ribu dan isi 9 harga Rp 44 ribu. Lalu, pilih rasa isi 6 harga Rp 34 ribu dan isi 9 harga Rp 49 ribu.

Donat topping jadul isi 6 harga Rp 24 ribu dan isi 9 harga Rp 36 ribu. Donat bomboloni isian lebih sedikit dan mix rasa dari isi 6 sampai 10 donat dijual dari harga Rp 20 ribu hingga Rp 33 ribu. Pilih rasa dari harga Rp 24 ribu sampai Rp 38 ribu.

Isian lumer dengan mix rasa isi 6 sampai 10 donat, dari harga Rp 23 ribu hingga Rp 37 ribu. Pilih rasa dari harga Rp 27 ribu sampai Rp 42 ribu.

Donat pizza dari mix 4 rasa sampai 1 rasa, dijual mulai dari harga Rp 37 ribu hingga Rp 45 ribu.

Pakai topping chocomaltine mix 4 rasa sampai dengan 1 rasa, dijual dengan harga mulai Rp 40 ibu sampai Rp 48 ribu.

Harga masyarakat yang ingin mengetahui harga menu camilan Dapur Pelangi berupa pizza, spaghetti, dimsum, curos, brownies, cake, roti sisir, dan aneka camilan lainnya bisa langsung menghubungi kontak yang tertera di atas. (adv/mt/fb)

Pemilik Dapur Pelangi Konsen Pasarkan Produk di Kaltim

TENGGARONG – Pemilik Dapur Pelangi Tony Anggara dan Renty Sari Ayu memasarkan produk mereka di Tenggarong dan daerah-daerah di sekitarnya.

Tony mengungkapkan bahwa sebelumnya mereka mendapatkan konsumen yang melakukan jasa titip (jastip) melalui teman ataupun keluarga.

“Kayak ada keluarganya yang bawakan dari sini, ikut jastip, yang bisa bawa aman sampai keluar kota,” sebutnya saat ditemui di tempat usaha Dapur Pelangi, Sabtu (18/11/2023).

Ia belum menjual produk Dapur Pelangi ke luar daerah karena keduanya menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen terhadap produk mereka.

Apabila mereka mengirim donat ke luar daerah, saat sampai di tempat tujuan, produk tersebut berantakan dan tampilannya tak sama lagi dengan saat dikirim di lokasi pengiriman.

Namun, lanjut dia, bila ada konsumen yang mau menggunakan jastip melalui teman ataupun keluarga, maka ia akan menerimanya dengan senang hati.

“Biasanya yang jastip tuh jauh-jauh sampai Kota Bangun, Muara Kaman, Kutai Barat tuh. Awal-awalnya dulu masih banyak. Kalau Kutai Barat tuh biasanya konsumen lama, singgah sini bawakan yang di sana gitu. Sekalian nitip itu,” terangnya.

Dapur Pelangi menjual aneka macam camilan seperti donat topping, donat isi, donat bomboloni, roti manis, roti sisir dan lain-lain.

Mereka juga menjual camilan pizza dengan sembilan varian, di antaranya brownies, cake, curos, spageti, dan dimsum.

“Pokoknya yang camilan-camilan. Basisnya kita macam-macam camilan kita sediakan di sini,” ujarnya. (adv/mt/fb)

Dapur Pelangi: Usaha yang Dibangun di Kubar dan Dibesarkan di Kukar

TENGGARONG – Owner Dapur Pelangi Tony Anggara dan Renty Sari Ayu memulai usaha di Barang Tongkok Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2016.

Pada tahun 2019, pasangan suami dan istri ini membutuhkan untuk berpindah ke Tenggarong Kabupaten Kukar.

Alasannya, anak pertama mereka sudah memasuki usia sekolah. Mereka juga tengah mempersiapkan persalinan anak keduanya.

Dari tahun 2019 hingga 2021, usaha Dapur Pelangi hanya dikelolanya berdua.

Dua tahun terakhir, mereka pun mengelola usaha Dapur Pelangi dengan serius.

“Tahun 2021 ke sini pas Covid. Itu kerjaannya agak capek, karena kerjaannya berat, kita nyari karyawan,” terang suami istri tersebut saat ditemui di tempat usaha Dapur Pelangi, Sabtu (18/11/2023).

Pada tahun 2021, mereka memutuskan untuk merekrut karyawan. Keduanya pun berusaha membenahi administrasi usaha dan gencar melakukan promosi.

“Betul-betul seriuslah gitu. Sampai sekarang 2 tahun (usaha kami berjalan),” ucap Tony.

Dapur Pelangi menjual aneka macam camilan seperti donat topping, donat isi, donat bomboloni, roti manis, roti sisir dan lain-lain.

Mereka juga menjual camilan pizza dengan sembilan varian, di antaranya brownies, cake, curos, spageti, dan dimsum.

“Pokoknya yang camilan-camilan. Basisnya kita macam-macam camilan kita sediakan di sini,” ujarnya. (adv/mt/fb)

Pelaku UMKM Tenggarong Minta Pemerintah Promosikan Produk Lokal

TENGGARONG – Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asal Tenggarong Srinie berharap Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskop-UKM) Kabupaten Kukar membantu memasarkan dam mempromosikan produk-produk lokal.

Hal ini merujuk Peraturan Bupati Kukar Nomor 74 Tahun 2021 tentang Bena, Beli, dan Belanja Produk Lokal.

Regulasi ini mengharuskan pemerintah daerah, perusahaan, dan perbankan yang beroperasi di Kukar untuk membeli dan menggunakan produk lokal dalam kegiatan sehari-hari.

“Harapan saya kalau bisa dibantu ya pemasarannya yang luas lagi. Terus semakin maju. Karena saya juga sekarang kan udah niat banget ya pengen usaha,” ucap dia saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (18/11/2023).

Srinie mengaku usaha camilan yang ditekuninya adalah satu-satunya sumber mata pencaharian yang digunakannya untuk membiayai kehidupan keluarganya.

“Kalau dulu kan masih ada yang diandalkan. Walaupun saya agak lambat (bangun usaha karena) suami masih kerja. Terus sekarang suami sudah meninggal. Jadi, sekarang harus lebih semangat lagi,” ungkapnya.

Anak-anaknya tengah melanjutkan pendidikan, sehingga ia harus berusaha keras untuk membiayainya.

Hal ini pula yang menjadi salah satu alasannya untuk meminta bantuan pemerintah daerah memasarkan produk camilannya.

“Saya pengen dibantu supaya lebih maju pemasarannya,” ujar dia.

Melalui bantuan pemasaran dari pemerintah, Srinie berharap produk camilannya bisa memiliki pangsa pasar yang lebih luas.

Permintaan ini merupakan kali pertama ia utarakan di publik. Sebab, saat ini ia benar-benar membangun usahanya secara mandiri.

Dia mengaku tak pernah mendapatkan bantuan alat, modal, dan promosi produk dari pemerintah. Ia juga tak pernah mengajukan pinjaman modal dari bank.

“Paling tidak kalau untuk pemasaran saya pengen, pengen banget, dibantu lebih luas gitu. Itu harapan saya,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Special Snack Diproduksi sejak Tahun 1992 tanpa Pengawet dan Pewarna

TENGGARONG – Owner Special Snack Srinie mengungkapkan bahwa camilan keripik pisang yang dibuatnya paling banyak diminati konsumen.

Salah satu alasannya, keripik pisang tersebut menggunakan bahan dasar pisang dan gula asli tanpa pengawet dan pewarna.

Karena itu pula keripik tersebut banyak disukai oleh konsumen. “Keripik pisang jadul ini kesukaannya Bapak Sekda (Sunggono). Sering dia pesen ke saya. Dulu zamannya Bu Rita (mantan Bupati Kukar) juga sering pesen ke saya,” ungkap dia saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (18/11/2023).

Camilan lain yang diproduksinya pun bebas dari pengawet dan pewarna. Sehingga keaslian rasanya masih terjaga dengan baik.

Srinie mengaku tak pernah mengubah resep pembuatan camilannya sejak diproduksi pada tahun 1993.

Bahan baku dasar keripik pisang tersebut berasal dari Sulawesi. Dia membelinya dari agen di pulau tersebut.

Ia acap menghadapi kendala untuk mendapatkan pisang yang dijadikan bahan baku camilan tersebut. Pasalnya, pisang tak selalu tersedia dari Sulawesi.

“Kalau kita pas memerlukan, mereka kadang enggak ada. Jadi, kita pesen dulu. Yang agak kesulitan bahan bakunya ya pisang,” ungkapnya.

Selain itu, camilan yang dibuatnya masih menggunakan kemasan lama. Ia menilai kemasan tersebut kurang menarik bagi pembeli.

Dia tak bisa serta-merta mengganti kemasan. Pasalnya, penggantian kemasan memerlukan biaya yang cukup besar.

“Saya enggak ada modalnya. Terus memang mulai dulunya belum diganti,” tuturnya.

Meskipun menggunakan kemasan lama, produk camilannya memiliki rasa yang dapat bersaing dengan makanan-makanan ringan lain.

Camilan yang dijual Srinie sudah dijual di toko modern seperti Eramart. Ke depan ia berencana memasukkan produknya di Indomaret dan Alfamidi.

“Karena izin udah lengkap ya. Saya udah komplitlah. Karena sekarang juga udah ada PIRT. Jadi, Depkes udah enggak dipakai lagi,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Special Snack yang Diproduksi Pelaku UMKM Kukar Rambah Pasar di Pulau Jawa

TENGGARONG – Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Srinie mengaku telah menekuni usaha pembuatan camilan (snack) sejak tahun 1993.

Camilan yang dijualnya diproduksi oleh PT Spesial Snack Matahari, yang merupakan perusahaannya sendiri.

Usaha tersebut diberinya nama Special Snack. Ia menjual 5 jenis camilan, yaitu kacang kriwil, cistick, keripik pisang, kacang bawang, dan akar sampai.

Semula ia hanya berusaha mengisi waktu luang. Namun, dari hari ke hari peminat snack yang dijualnya semakin diminati oleh banyak orang.

“Tapi ya awalnya sih bukan serius, karena saya kan suami kerja bengkel. Jadi, saya cuman iseng-iseng aja,” terang dia saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (18/11/2023).

“Lama-kelamaan semakin banyak yang pesen. Jadi ya alhamdulillah sampai sekarang saya tekuni,” ujarnya.

Saat ini, camilan yang dijualnya telah dipasarkan ke seluruh kecamatan di Kukar. Ia juga acap memasarkannya ke Kabupaten Kutai Barat.

Camilan yang diproduksi Srinie juga telah merambah pasar di Pulau Jawa, salah satunya di Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur.

“Kadang ya kalau lebaran sampai kardus gede gitu kalau ke Surabaya, karena dia suka. Penggemar gede saya di situ,” jelasnya.

Setiap kali produksi, ia memproduksi camilan cistick sebanyak 50 kilogram. Dalam sebulan, ia bisa melakukan produksi empat kali.

“Sekali produksi kemaren 65 sisir kripik pisang. Jadi, satu gentong penuh itu lagi di-packing,” ucapnya.

Bagi masyarakat yang ingin memesan camilan ringan dengan rasa yang enak dan murah, bisa membelinya di Special Snack yang beralamat di Jalan Awang Long Senopati, RT 01, Nomor 11, Kelurahan Sukarame, Kecamatan Tenggarong. Pemesanan juga bisa dilakukan lewat nomor WhatsApp 081350281192. (adv/mt/fb)

Produk Kohiman sudah Tembus Pasar Nasional

TENGGARONG – Salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asal Kukar Sutaman memproduksi produk olahan kopi yang kemudian berhasil memasarkan produknya hingga Jakarta.

Pelaku UMKM asal Desa Cipari Makmur, Kecamatan Muara Kaman tersebut berhasil mengembangkan usaha olahan kopinya dengan nama Kopi Hitam Mantap Muara Kaman (Kohiman).

Dia mengungkapkan, selain memasarkan produknya di pasar lokal seperti Kukar dan Samarinda, produk Kohiman kerap dikirim kepada konsumennya di Jakarta.

“Sudah sampai ngirim ke Jakarta. Itu sering ke Jakarta,” ungkap dia saat diwawancarai via WhatsApp pada Kamis (16/11/2023).

Hal ini juga berkat bantuan Pemkab Kukar yang sering mengunjungi tempatnya. Menurut dia, kunjungan itu secara tidak langsung turut membantu mempromosikan produk kopinya.

Rata-rata setiap bulan ia menghabiskan 50 kilogram bahan baku biji kopi mentah untuk memproduksi Kohiman. Namun, 50 kilogram bahan baku tersebut tidak semuanya dijual kepada konsumennya.

Kata dia, 10 kilogram bahan baku diolahnya untuk diberikan secara gratis sebagai bagian dari promosi di masyarakat.

Hal itu merupakan strategi yang dilakukannya untuk memasarkan produk Kohiman dengan menyediakan tester.

Bermodal produk tester, masyarakat meracik sendiri kopinya sesuai dengan selera. Setelah diminum dan rasanya cocok, maka mereka akan berminat untuk membelinya.

“Kalau memang enggak cocok, enggak beli, itu enggak masalah. Karena memang kami ini sekeluarga sudah niat,” imbuhnya.

Kohiman dijual dengan harga Rp 30 ribu untuk rasa original dan Rp 35 ribu untuk rasa jahe. Beratnya 180 gram per bungkusnya. “Itu tergolong harga yang murah,” katanya.

Apalagi dibandingkan dengan harga bahan baku biji kopi mentah yang harganya masih tergolong tinggi.

Walau dijual dengan harga yang murah dan hasil keuntungannya itu tidak seberapa, yang penting usahanya ini bisa terus berjalan.

“Kalau banyak yang beli, untungnya juga akan banyak, pada prinsip nya seperti itu,” tutupnya. (adv/mt/fb)