Perjalanan Rumah Jahit Alda: Dari Pembuat Masker hingga Ragam Pakaian

TENGGARONG – Ada Al Ali Murrobbaniyah menceritakan perjalanan usaha menjahitnya. Ia mendirikan usaha tersebut pada tahun 2020.

Tak berselang lama, usaha perempuan yang akrab dipanggil Alda itu harus berhadapan dengan pandemi Covid-19.

Kala itu, pemerintah mendorong masyarakat agar tetap berada di rumah. Mereka hanya boleh keluar rumah dengan menggunakan masker.

Kelangkaan masker mendorong Pemkab Kukar membagikan masker kepada masyarakat. Penutup mulut dan hidung yang dibagikan tersebut berasal dari para penjahit asal Kukar, salah satunya Alda.

Pemkab Kukar menugaskan Alda untuk membuat 50 masker per bulan selama tiga bulan berturut-turut.

“Alhamdulillah saya punya mesin. Waktu itu mesin portabel. Dan mesin itu juga yang bantu saya buat bikin-bikin masker,” jelas dia saat ditemui di tempat usaha Rumah Jahit Alda pada Kamis (23/11/2023).

Belakangan, dia memberanikan diri menerima pesanan pembuatan pakaian pria dan wanita seperti baju kemeja, batik, pengantin, payet, kebaya dan lain-lain.

Ia mempromosikan usaha menjahitnya di media sosial. Lewat platform digital tersebut, banyak konsumen yang memintanya membuat baju dengan ragam model. Baju yang dipesan konsumennya ia unggah kembali di akun media sosial Instagramnya.

“Ternyata banyak peminatnya. Jadi, di situlah mulainya berkembang usaha jahit saya,” ungkapnya.

Alda bersyukur bisa memiliki mesin jahit portabel. Mesin tersebut dibelikan oleh orang tuanya, yang sampai sekarang masih digunakannya untuk menjahit beragam pakaian.

“Alhamdulillah dari satu mesin itu bisa menghasilkan beberapa rupiah. Itu yang bisa membuat terkumpul lagi modalnya untuk membeli mesin-mesin jahit yang lain,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Dapur Pelangi Pasarkan Produk Camilan di Media Sosial

TENGGARONG – Owner Dapur Pelangi Tony Anggara dan Renty Sari mengaku 90 persen melakukan pemasaran produk mereka melalui media sosial Instagram dan WhAtsapp.

Keduanya menargetkan penjualan produk kepada anak-anak muda yang sering bermain media sosial. Meski begitu, camilan yang mereka buat bisa dinikmati oleh semua kalangan.

“Target market kami ini ya anak-anak muda yang mayoritas punya Instagram, yang kalau gabut scroll Instagram atau lihat Instagram temannya,” ungkap mereka saat ditemui di tempat usaha Dapur Pelangi, Sabtu (18/11/2023).

Setiap hari mereka membuat pengumuman open order di WhatsApp dan Instagram dari pukul 09.00 Wita hingga 17.00 Wita.

Promosi di media sosial menghasilkan 50-80 persen closing menjadi pesanan. Sedangkan sisanya mendatangi toko Dapur Pelangi.

“Misalnya dikasih tahu anaknya, dikasih tahu teman kantornya, coba di sini segala macam. Banyak juga yang datang langsung ke sini,” ucap Tony.

Dia akan terus memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk-produk Dapur Pelangi. “Kita maksimalkan saja teknologi yang ada,” ujarnya.

Walaupun terdapat iklan berbayar yang memiliki jangkauan lebih luas, interaksi lebih besar, serta ekspos lebih besar, ia tetap memilih melakukan promosi secara gratis.

Pasalnya, promosi penjualan produk menggunakan media sosial masih bisa diakses secara gratis.

Mereka belum mau menggunakan promosi berbayar karena keduanya khawatir banyak order yang masuk di Dapur Pelangi tak terlayani dengan baik.

“Kita udah ngiklan barbar nih, ternyata pas kembali ke sini, kita enggak mampu memanajemen,” pungkasnya. (adv/mt/fb)