Tawarkan Harga yang Ramah di Kantong, Zee Zee Thaitea Makin Ramai Pembeli

TENGGARONG – Owner Zee Zee Thaitea Siti Maulidah memasang harga ramah di kantong dalam menjual Thaitea. Karena itu pula jualannya kerap didatangi banyak pembeli.

“Alhamdulillah berjalannya waktu rupanya di Tenggarong nih masuk dari harga, rasa, semakin ramai kedai. Dan waktu itu memang belum banyak saingan. Baru dua aja yang buka kalau enggak salah Thaitea di Tenggarong,” beber dia sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Selasa (21/11/2023).

Dia juga tidak menargetkan pasar tertentu. Semua kalangan bisa menikmati minuman dan camilan di Zee Zee Thaitea dengan harga terjangkau.

Kata dia, akhir-akhir ini pembelinya tak seramai dulu. Pasalnya, para penjual Thaitea di Tenggarong semakin banyak.

Hal itu memang persaingan yang harus dihadapinya dalam dunia usaha. Dia tak menganggapnya sebagai kendala utama dalam berbisnis.

Thaitea dibukanya sejak tahun 2018. Usaha itu bisa bertahan hingga saat ini. Ia menganggap hal ini sebagai perjalanan usaha yang cukup lama.

Siti berpendapat, usaha minuman dan camilan hanya ramai secara musiman.

“Saya pikir tadinya bertahan setahun dua tahun saja. Alhamdulillah sampai sekarang bertahan,” ucapnya.

Usaha yang dibangunnya bisa tetap eksis karena ia tidak hanya menjual minuman, tetapi juga camilan yang bernuansa kekinian.

“Alhamdulillah dalam setahunan ini sudah ada camilan-camilan manis seperti dessert-dessert box 10 ribuan,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Zee Zee Thaitea Tenggarong Didirikan karena Terinspirasi dari Minuman di Mal

TENGGAORNG – Owner Zee Zee Thaitea Tenggarong Siti Maulidah mengaku termotivasi mendirikan Thaitea setelah ia mendapatkan inspirasi karena sering membelinya di mal.

“Jadi, setiap ke mal itu mampir beli. Terus, akhirnya kepikiran ayo kita coba buka di Tenggarong,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Selasa (21/11/2023),

Dia sangat menyukai es teh dari Thailand tersebut. Karena itu, Siti berpikir untuk menjadikannya sebagai inspirasi usaha di Tenggarong.

Saat itu, hanya ada satu orang yang menjual es Thaitea di Tenggarong. Pada tahun 2018, ia mencoba menjual es Thaitea menggunakan gerobak dalam kegiatan yang dilaksanakan Masjid Agung Sultan Sulaiman Tenggarong. “Alhamdulillah laris,” sebutnya.

Setelah itu, Siti mencari lokasi untuk melanjutkan penjualan es tersebut. Ia pun menemukan lokasi yang strategis di Jalan Maijend Panjaitan Tenggarong.

“Kita awal mulanya pakai tenda dulu. Belum ada kedainya ini. Baru-baru (ini saja ada) tenda di depan rumah orang,” ujarnya.

Seiring waktu berjalan, usahanya berkembang dan dikenal banyak orang di Tenggarong. Dia pun berusaha mendirikan kedai.

Ia mengaku telah menjalani proses secara bertahap dalam mengembangkan usahanya. Usaha tersebut tak langsung besar seperti saat ini.

“Lumayan lawas jua ya. Butuh waktu mungkin 3 bulanan tuh cari nama,” pungkasnya.

Diketahui, selain menjual aneka minuman, Zee Zee Thaitea Tenggarong menyediakan pisang lumpur dengan berbagai macam rasa, mille crepes, dan dessert homemade.

Bagi Anda yang penasaran dengan Zee Zee Thaitea Tenggarong, bisa langsung mendatangi kedainya di Jalan Mayjend Panjaitan atau order melalui akun Instagramm resminya @zeezeethai_tgr dan nomor WhatsApp 085391111615. (adv/mt/fb)

Kerap Berpindah saat Merintis Usaha, Ahmad Romeli Sukses Jalankan Nuanda Store di Rumah

TENGGARONG – Owner Nuanda Store Ahmad Romeli mengaku sudah beberapa kali memindahkan tempat usaha jasa jahit dan bordirnya.

Ia pernah menyewa lapak di Jalan Maduningrat selama 6 bulan. Namun, di tempat itu dia tak mendapatkan hasil yang memuaskannya.

Pada Juli 2020, Romeli memutuskan untuk membuka usaha baru di kediamannya yang berlokasi di Kelurahan Maluhu.

Ia dan istrinya menjalankan usaha tersebut di Jalan Long Apari, RT 14, Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kukar.

Mereka sukses mendirikan usaha Nuanda Store yang bergerak di bidang jasa jahit dan bordir.

Selain itu, keduanya melayani jasa sablon, travel, percetakan, pembayaran online, menjual madu, dan lain-lain.

“Ini mungkin jalannya Allah,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Selasa (21/11/2023).

Saat memulai usaha di rumahnya, Romeli memanfaatkan teknologi komunikasi untuk mempromosikan jasa dan produknya.

Kala itu, kasus pandemi Covid-19 memang sedang meningkat dengan cepat di berbagai wilayah di Indonesia, tak kecuali di Tenggarong.

Meski tengah merebak kasus Covid-19, usahanya tetap berjalan. Ia justru menerima banyak pelanggan di tengah pandemi.

“Pelan-pelanlah kita merangkak. Mengawali sambil pelanggan-pelanggan yang sudah lama juga coba kami hubungi lagi,” ujarnya.

Ia mengaku mendapatkan bahan baku di Tenggarong dan Samarinda. Jika pemesanan banyak yang mendatangi dan memesan secara daring, ia kerap membeli kain dan alat-alat jahit ke Samarinda.

“Kalau memang di Tenggarong ataupun Samarinda enggak ada, terpaksa pesan online. Dibantu dengan pasar-pasar online kan banyak sekarang,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Bangun Usaha di Kelurahan Maluhu, Nuanda Store Tetap Banjir Order

TENGGARONG – Owner Nuanda Store Ahmad Romeli mengatakan usahanya sudah semakin dikenal serta mendapatkan banyak order.

Romeli mendapatkan banyak pemesanan pembuatan selempang nama. Secara umum, pemesannya merupakan mahasiswa dari berbagai universitas di Kaltim yang akan diwisuda.

“Alhamdulillah sampai membeludak permintaannya dari berbagai universitas itu. Alhamdulillah banyak permintaan,” ujarnya sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Diskop-UKM Kukar pada Selasa (21/11/2023).

Semula, ia memang sudah menetapkan target pasar yang menyasar semua kalangan. Karena itu, ada pula masyarakat umum yang memesan selempang nama untuk dipakai dalam berbagai kegiatan.

Selain pemesanan selempang nama, ia menerima jasa pembuatan baju dari perusahaan, organisasi, pemerintah, dan lembaga pendidikan.

“Kami juga membina lembaga pendidikan Alquran. Jadi, santri-santri kami juga kami buatkan baju,” ungkapnya.

Romeli berpesan kepada para pelaku usaha lain yang sedang merintis usaha agar tetap semangat dalam mencari rezeki.

Menurut dia, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan, setiap usaha memiliki potensi untuk berkembang.

Ia mencontohkan usaha yang dibangunnya di Maluhu, yang merupakan kelurahan yang jauh dari pusat Tenggarong.

“Alhamdulillah masih tetap terjangkau dan pasarnya juga, apalagi didukung online gitu. Cukup lumayanlah pasarnya,” ucap dia.

Ia berharap pemerintah memperhatikan dan membantu secara maksimal para pelaku usaha yang masih merintis usaha mereka.

Romeli dan para pelaku usaha di Kukar sangat menantikan kehadiran pemerintah agar usaha mereka dapat berkembang pesat.

“Tentu harapan kita adalah demi kemajuan negara kita, negara Indonesia, untuk dapat menjadi negara yang maju, aman, makmur, damai, dan sejahtera,” tutupnya. (adv/mt/fb)

EK Bouquet Didirikan dan Dibesarkan untuk Membantu Sesama

TENGGARONG – Owner EK Bouqet Eka Widyanti mengaku termotivasi menjalankan bisnis pembuatan cendera mata (bouquet) karena berniat membantu sesama.

Sebelum menjalankan usaha tersebut, ia hanya berniat membantu sejumlah temannya di kampus. Teman-teman pun mendorong dia untuk menjadikan produk cendera mata tersebut sebagai bisnis.

Kini, ia mampu memberdayakan orang-orang di sekitarnya untuk terlibat aktif dalam usaha yang dikembangkannya.

“Misalnya usaha saya tekuni, ke depannya bisa membantu teman-teman juga yang mungkin minat nih sesama buket, tapi mereka mungkin belum punya modal. Jadi, bisa membantu saya,” ungkap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Senin (20/11/2023).

Usaha tersebut berlokasi di Jalan Gunung Belah, Kelurahan Loa Ipuh, Tenggarong. Ia menyewa sebuah ruko untuk dijadikan sebagai tempat para customer mengorder dan memilih sampel bouquet yang akan mereka pesan.

Dia berkeinginan mendirikan toko sendiri agar bisa lebih maksimal memenuhi kebutuhan konsumen.

“Mungkin beberapa yang belum kami penuhi untuk kebutuhan costumer gitu. Biar usaha kami itu lebih baik dan bisa melayani costumer itu semaksimal mungkin,” jelasnya.

Eka menyampaikan bahwa siapa pun yang ingin memulai bisnis harus terlebih dahulu menekuni usaha tersebut.

Kemudian, dia harus belajar terus-menerus dan berani mengeluarkan modal.

“Kalau kita belajar, kita tuh harus keluar modal. Entah itu tenaga; yang pasti tenaga. Namanya belajar. Sama biaya,” ujarnya.

Ia teringat pesan gurunya yang mendorongnya menyulap ilmunya sebagai berkah bagi orang-orang di sekitarnya.

“Apalagi untuk usaha, kita harus mengeluarkan maharlah ibaratnya. Karena kalau guru kita ridho nih buat ilmu kita, insyaallah untuk mencari rezeki itu ya bagus,” imbuhnya. (adv/mt/fb)

EK Bouquet: Usaha yang Dibangun Eka Widyani sejak Kuliah di Samarinda

TENGGARONG – Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah asal Kukar Eka Widyani membuat berbagai bentuk kerajinan tangan.

Kegemaran tersebut dituangkannya menjadi sebuah produk usaha yang bernama EK Bouquet.

Usaha tersebut telah dijalankannya sejak masih menempuh perkuliahan program sarjana di salah satu universitas di Samarinda pada 2018.

Dia bergerak di bidang usaha pembuatan berbagai bentuk bouquet atau cendera mata, yang dapat digunakan untuk hadiah di berbagai momen.

“Ide usaha awalnya karena saya masih mahasiswa pada saat itu,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Senin (20/11/2023).

Semula, Eka mengaku hanya membantu temannya yang meminta tolong dibuatkan cendera mata sebagai hadiah wisuda saudaranya.

Daripada membeli cendera mata ke tempat pembuatan bouquet yang harganya mahal, ia pun memberanikan diri untuk membuatkannya.

“Terus saya bilang, oh boleh, beli bahannya, saya buatkan, kata saya,” ujarnya.

Terkesan dengan buatannya, teman Eka pun mendorongnya untuk menjual bouquet tersebut.

“Kebetulan di kampus saya masih sedikitlah untuk usaha yang bouquet ini pada waktu itu,” sebutnya.

Setelah itu, ia mencoba membuka open order bouquet buatannya kepada mahasiswa-mahasiswa lain di Kaltim.

“Sekalinya banyak yang minat dan alhamdulillah bisa berlanjut sampai sekarang,” ungkapnya.

Eka merasakan banyak hal berkesan selama menjalankan usaha bouquet.

Para pemesan cendera mata darinya kerap menjadikan bouquet sebagai hadiah untuk orang-orang terkasih, baik hadiah ulang tahun maupun hadiah untuk momen-momen spesial lainnya.

Ia mencontohkan seorang suami atau istri yang ingin memberikan pasangannya hadiah. Mereka kerap memesan cendera mata dari EK Bouquet.

Suami maupun istri yang memesan bouquet darinya tergolong langka. Secara umum, ia mendapatkan konsumen yang mayoritas masih muda.

“Jadi, kalau misalkan ada suami yang mesankan untuk istri itu menurut kami itu bekesan sih. Terharu gitu. Mereka tuh masih ingat sama istrinya,” pungkas dia.

Siapa pun yang ingin memberikan cendera mata dengan harga yang terjangkau kepada orang-orang terkasihnya, bisa mendatangi toko EK Bouquet di Jalan Gunung Belah, Kelurahan Loa Ipuh, Tenggarong, atau memesannya lewat nomor 082266465913. (adv/mt/fb)

Pengrajin Asal Tenggarong Sopian Ingin Adakan Pelatihan Alat Musik Tradisional

TENGGARONG – Pengrajin alat musik tradisional asal Tenggarong Kabupaten Kukar Sopian berkeinginan mengadakan pelatihan untuk membuat dan memainkan alat musik tradisional.

Dia menyampaikan keinginan besarnya membuat pelatihan tersebut terwujud melalui kerja sama dengan dinas-dinas terkait di lingkungan Pemkab Kukar.

“Membuat alat musik apa pun itu yang ada di Kutai khususnya dan nanti bisa dimainkan, sekaligus dia bisa membuat alat musik dan bisa memainkan. Nah, itu impian saya ke depannya,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Diskop-UKM Kukar pada Senin (20/11/2023).

Pelatihan tersebut, sambung Sopian, bertujuan mencetak generasi penerus yang bisa membuat dan memainkan alat musik tradisional.

Sebagai pengrajin, pembuat, dan pemain musik tradisional yang kian berumur, dia ingin memiliki pengganti yang dapat melakonkan peran serupa dengannya di masa depan.

“Selama ini masih memang belum ada ya penerus atau pengganti saya ketika saya sudah tua. Ya sekarang sudah tua, artinya masih mampu,” ujarnya.

Ia menambahkan, pengrajin alat musik tradisional di Kukar sudah memiliki nama besar serta menjadi kiblat bagi daerah-daerah lain di Indonesia.

Selain dia, banyak pengrajin di Kukar yang harus menyiapkan generasi penerusnya agar kekayaan seni dan budaya daerah ini tetap lestari di masa depan.

“Saya kepinginnya ada generasi penerus. Pemuda-pemuda atau putra daerah,” ucapnya.

Sopian mempersilakan siapa pun yang ingin belajar musik tradisional kepadanya. Ia akan sangat terbuka menerima orang-orang yang ingin belajar darinya.

Dia bersyukur sejak 2015 sampai sekarang tak hanya masyarakat umum yang mendatanginya, tapi juga sekolah-sekolah sudah mulai melakukan pengadaan alat musik tradisional.

Ia pun berharap Pemda Kukar bisa bersama-sama mengembangkan dan melestarikan alat musik tradisional.

“Bisa dipakai dan bisa diterapkan di sekolah-sekolah pada khususnya gitu. Kira-kira begitu ke depannya,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Alat Musik Tradisional Buatan Sopian Dipesan Pemkot Samarinda hingga Sanggar Seni

TENGGARONG – Pengrajin alat musik tradisional terkenal asal Tenggarong Kukar Sopian membuat berbagai macam alat musik tradisional.

Keahlian itu didapatkannya setelah puluhan tahun belajar tentang servis dan membuat alat musik tradisional serta memainkannya.

Pria yang akrab disapa Pak Om ini juga sudah puluhan tahun aktif sebagai seorang seniman. Ia mempelajari seni ketika masih bermukim di Pulau Jawa.

Berbagai alat musik tradisional yang dibuatnya berupa gendang dayak, gendang jawa, gedang kutai, dan lain-lain.

“Termasuk gambus, sampeq, sampai ke suling dan lain sebagainya,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Senin (20/11/2023).

Ia menyebutkan pada tahun 2001 hingga 2005 bahan baku untuk pembuatan berbagai alat musik tradisional sangat mudah didapatkannya.

Dia mencontohkan bahan kayu nangka, mahoni, meranti, dan sungkai yang mudah didapatkannya di Kaltim.

“Alhamdulillah saya tidak kesulitan ya, karena memang banyak sekali saya pesan ke Jonggon, ke Separi itu. Mereka sekalian satu pikap diantar ke sini,” ungkapnya.

Setelah semakin berkembang sebagai pengrajin alat musik tradisional, pada tahun 2015 ia memulai membuat alat musik tradisional gamelan seperti gong, saron, dan kelentangan.

Sejak saat itu, dia dipercaya oleh Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kota Samarinda untuk membuat alat musik tradisional.

“Dari saat itulah saya mulai dikenal oleh Pemda setempat,” katanya.

Selain itu, banyak sanggar seni yang kerap memesan alat musik tradisional darinya, khususnya seni tradisional Kutai dan Dayak.

“Juga kebanyakan teman-teman Jawa, kuda lumping segala ya. Kesenian karawitan dan sebagainya itu mesan kepada saya,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Sopian Belajar Otodidak Cara Membuat dan Memperbaiki Alat Musik Tradisional

TENGGARONG – Sopian membuat dan memperbaiki alat musik tradisional. Keterampilannya tersebut dipelajarinya secara otodidak.

Ia semakin rajin membuat alat musik tersebut saat pembelinya merasa cocok dengan buatannya.

“Lalu mereka memercayakan saya untuk membuat lebih banyak,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Dinas Koperasi dan UKM Kukar pada Senin (20/11/2023).

Setelah alat musik buatannya diminati oleh banyak orang, Pemda Kukar mengetahui keahlian Sopian.

Perhatian Pemda Kukar kepada laki-laki tersebut muncul seiring semakin langkanya pengrajin alat musik tradisional di daerah ini.

Pemda Kukar menilai usaha melestarikan alat musik tradisional semakin berkurang di tengah alat musik modern yang semakin marak di pasar.

Hal ini pula yang semakin meningkatkan motivasi Sopian untuk membuat alat musik tradisional.

“Akhirnya saya mencoba dan saya memberanikan diri untuk membuat secara manual,” ujarnya.

Pada tahun 2004, ia meminjam alat-alat manual dan elektrik dari temannya untuk membuat alat musik tradisional.

Setelah usahanya berkembang, ia membuat gendang, gambus, dan sampeq.

“Waktu itu saya belajar dengan almarhum Pak Adul. Memang pengrajin gambus di Kutai sini almarhum itu,” terangnya.

Kala itu, almarhum Adul juga mengajarkan Sopian cara kerja serta cara memainkan alat musik tradisional.

“Saya harus tahu bagaimana karakternya, suaranya, cara menata benang senarnya,” tutur dia.

Pada tahun 2007, ia diminta oleh Kepala SMA Negeri 2 Tenggarong untuk membina siswa di bidang seni tari dan seni musik.

Selain mengundangkannya untuk mengajarkan para pelajar, pimpinan sekolah tersebut juga memesan alat-alat musik tradisional kepada Sopian.

“Sekaligus saya aplikasikan di sana untuk memberi pelajaran alat musik dan tari,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Sopian: Pengrajin Alat Musik Tradisional yang Punya Ragam Keterampilan

TENGGARONG – Sopian adalah seorang seniman di Tenggarong. Ia juga merupakan salah satu pengrajin alat musik tradisional.

Dia memiliki bakat seni musik dan tari semenjak tinggal di Pulau Jawa.

Saat bermukim di Samarinda pada tahun 1989 sampai sekitar tahun 1990, ia kerap memainkan alat musik.

Namun, tak ada tukang servis alat musik di Samarinda. Dia pun mencoba untuk menyervis sendiri alat musiknya.

“Itu belum bisa nyervis ya. Terpaksa. Nah, bagus. Pada akhirnya saya bisa nyervis,” terang dia sebagaimana dikutip dari chanel YouTube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Senin (20/11/2023).

Belakangan, Sopian juga membuat alat manual berupa gendang yang biasa dipakainya sendiri.

Pada tahun 2000, pria yang karib disapa Pak Om itu memutuskan untuk hijrah ke Tenggarong.

Di Ibu Kota Kabupaten Kukar ini, ia mendapatkan pertanyaan dari seseorang terkait tukang servis alat musik.

“Bisakah nyervis. Bisa saya bilang. Dibawalah alat musik pedalaman. Kaget saya,” ujarnya menirukan dialog dengan seorang penanya tersebut.

Pak Om pun berusaha mempelajari alat musik tradisional tersebut. Perlahan ia bisa memasang tali dan perlengkapan musik lainnya.

“Saya pelajari, bisa. Lalu, saya servislah. Dia akuinya bahwa servisannya bisanya baik dan bagus,” ucapnya.

Setelah memperbaiki alat musik tradisional milik temannya yang bersuku Dayak Tunjung itu, seiring waktu ia semakin terampil dalam menyervis alat musik tradisional.

Keahliannya menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Informasi tentang keahlian Pak Om pun menyebar dari mulut ke mulut.

Satu per satu warga Tenggarong mendatanginya untuk menyervis alat musik seperti gendang, gambus dan lain-lain.

“Karena saya tahu cara memainkannya dan cara kerjanya bisa, akhirnya insyaallah saya baiki; servis bisa,” pungkasnya. (adv/mt/fb)