TENGGARONG – Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjalankan usaha Jajak Khas Kutai Nur Hasanah membeberkan tantangan yang dihadapinya dalam usaha tersebut.
Salah satunya, saat bahan baku untuk pembuatan kue naik, ia harus tetap mempertahankan harga jual kuenya.
Dia tidak ingin menaikkan harga jual kue karena tetap memikirkan pelanggannya.
Demi menjaga kualitas dan kenyamanan pelanggan, ia bahkan tidak mengurangi bahan baku dalam pembuatan kue tersebut.
“Karena kita menjaga kualitas tadi; kualitas rasa,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Rabu (27/11/2023).
Hasanah menerangkan, bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kue khas Kutai meliputi tepung, tepung beras, dan gula.
“Dulu ngalak (Kutai: ambil) di Hulu gula. Kalau sekarang ndik (tidak), di daerah Tenggarong maha (saja),” ujarnya.
Pembuatan kue cincin dan elat sapi, sambung dia, menggunakan gula khusus. Apabila gulanya tak sesuai, maka rasanya pun tidak akan enak.
“Gulanya tuh kalau kayak tole-tole itu langsung patah. Lagi, rasa baunya harum; rasanya manis,” terangnya.
Kue khas Kutai yang dijualnya disukai oleh semua kalangan: anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
“Kalau dari cincin, dari segala kalangan. Kalau elat sapi itu dari yang menengah sampai yang tua,” sebutnya.
Dia berencana memajukan usaha yang telah lama ditekuninya. Ia juga akan melakukan kreasi-kreasi dalam pembuatan kue tersebut.
Saat ini, ia menjual 5 jenis kue khas Kutai, antara lain roti balok, jajak cincin, elat sapi, roti gembong, dan tole-tole.
“Sering juga kok bikin…jajak kering. Kalau bulan puasa kami bikin kue basah. Nah, kalau bulan puasa kurang jajak cincin, tapi kue basah,” pungkasnya. (adv/mt/fb)