Dapur Pelangi: Usaha yang Dibangun di Kubar dan Dibesarkan di Kukar

TENGGARONG – Owner Dapur Pelangi Tony Anggara dan Renty Sari Ayu memulai usaha di Barang Tongkok Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2016.

Pada tahun 2019, pasangan suami dan istri ini membutuhkan untuk berpindah ke Tenggarong Kabupaten Kukar.

Alasannya, anak pertama mereka sudah memasuki usia sekolah. Mereka juga tengah mempersiapkan persalinan anak keduanya.

Dari tahun 2019 hingga 2021, usaha Dapur Pelangi hanya dikelolanya berdua.

Dua tahun terakhir, mereka pun mengelola usaha Dapur Pelangi dengan serius.

“Tahun 2021 ke sini pas Covid. Itu kerjaannya agak capek, karena kerjaannya berat, kita nyari karyawan,” terang suami istri tersebut saat ditemui di tempat usaha Dapur Pelangi, Sabtu (18/11/2023).

Pada tahun 2021, mereka memutuskan untuk merekrut karyawan. Keduanya pun berusaha membenahi administrasi usaha dan gencar melakukan promosi.

“Betul-betul seriuslah gitu. Sampai sekarang 2 tahun (usaha kami berjalan),” ucap Tony.

Dapur Pelangi menjual aneka macam camilan seperti donat topping, donat isi, donat bomboloni, roti manis, roti sisir dan lain-lain.

Mereka juga menjual camilan pizza dengan sembilan varian, di antaranya brownies, cake, curos, spageti, dan dimsum.

“Pokoknya yang camilan-camilan. Basisnya kita macam-macam camilan kita sediakan di sini,” ujarnya. (adv/mt/fb)

Pelaku UMKM Tenggarong Minta Pemerintah Promosikan Produk Lokal

TENGGARONG – Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asal Tenggarong Srinie berharap Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskop-UKM) Kabupaten Kukar membantu memasarkan dam mempromosikan produk-produk lokal.

Hal ini merujuk Peraturan Bupati Kukar Nomor 74 Tahun 2021 tentang Bena, Beli, dan Belanja Produk Lokal.

Regulasi ini mengharuskan pemerintah daerah, perusahaan, dan perbankan yang beroperasi di Kukar untuk membeli dan menggunakan produk lokal dalam kegiatan sehari-hari.

“Harapan saya kalau bisa dibantu ya pemasarannya yang luas lagi. Terus semakin maju. Karena saya juga sekarang kan udah niat banget ya pengen usaha,” ucap dia saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (18/11/2023).

Srinie mengaku usaha camilan yang ditekuninya adalah satu-satunya sumber mata pencaharian yang digunakannya untuk membiayai kehidupan keluarganya.

“Kalau dulu kan masih ada yang diandalkan. Walaupun saya agak lambat (bangun usaha karena) suami masih kerja. Terus sekarang suami sudah meninggal. Jadi, sekarang harus lebih semangat lagi,” ungkapnya.

Anak-anaknya tengah melanjutkan pendidikan, sehingga ia harus berusaha keras untuk membiayainya.

Hal ini pula yang menjadi salah satu alasannya untuk meminta bantuan pemerintah daerah memasarkan produk camilannya.

“Saya pengen dibantu supaya lebih maju pemasarannya,” ujar dia.

Melalui bantuan pemasaran dari pemerintah, Srinie berharap produk camilannya bisa memiliki pangsa pasar yang lebih luas.

Permintaan ini merupakan kali pertama ia utarakan di publik. Sebab, saat ini ia benar-benar membangun usahanya secara mandiri.

Dia mengaku tak pernah mendapatkan bantuan alat, modal, dan promosi produk dari pemerintah. Ia juga tak pernah mengajukan pinjaman modal dari bank.

“Paling tidak kalau untuk pemasaran saya pengen, pengen banget, dibantu lebih luas gitu. Itu harapan saya,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Special Snack Diproduksi sejak Tahun 1992 tanpa Pengawet dan Pewarna

TENGGARONG – Owner Special Snack Srinie mengungkapkan bahwa camilan keripik pisang yang dibuatnya paling banyak diminati konsumen.

Salah satu alasannya, keripik pisang tersebut menggunakan bahan dasar pisang dan gula asli tanpa pengawet dan pewarna.

Karena itu pula keripik tersebut banyak disukai oleh konsumen. “Keripik pisang jadul ini kesukaannya Bapak Sekda (Sunggono). Sering dia pesen ke saya. Dulu zamannya Bu Rita (mantan Bupati Kukar) juga sering pesen ke saya,” ungkap dia saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (18/11/2023).

Camilan lain yang diproduksinya pun bebas dari pengawet dan pewarna. Sehingga keaslian rasanya masih terjaga dengan baik.

Srinie mengaku tak pernah mengubah resep pembuatan camilannya sejak diproduksi pada tahun 1993.

Bahan baku dasar keripik pisang tersebut berasal dari Sulawesi. Dia membelinya dari agen di pulau tersebut.

Ia acap menghadapi kendala untuk mendapatkan pisang yang dijadikan bahan baku camilan tersebut. Pasalnya, pisang tak selalu tersedia dari Sulawesi.

“Kalau kita pas memerlukan, mereka kadang enggak ada. Jadi, kita pesen dulu. Yang agak kesulitan bahan bakunya ya pisang,” ungkapnya.

Selain itu, camilan yang dibuatnya masih menggunakan kemasan lama. Ia menilai kemasan tersebut kurang menarik bagi pembeli.

Dia tak bisa serta-merta mengganti kemasan. Pasalnya, penggantian kemasan memerlukan biaya yang cukup besar.

“Saya enggak ada modalnya. Terus memang mulai dulunya belum diganti,” tuturnya.

Meskipun menggunakan kemasan lama, produk camilannya memiliki rasa yang dapat bersaing dengan makanan-makanan ringan lain.

Camilan yang dijual Srinie sudah dijual di toko modern seperti Eramart. Ke depan ia berencana memasukkan produknya di Indomaret dan Alfamidi.

“Karena izin udah lengkap ya. Saya udah komplitlah. Karena sekarang juga udah ada PIRT. Jadi, Depkes udah enggak dipakai lagi,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Special Snack yang Diproduksi Pelaku UMKM Kukar Rambah Pasar di Pulau Jawa

TENGGARONG – Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Srinie mengaku telah menekuni usaha pembuatan camilan (snack) sejak tahun 1993.

Camilan yang dijualnya diproduksi oleh PT Spesial Snack Matahari, yang merupakan perusahaannya sendiri.

Usaha tersebut diberinya nama Special Snack. Ia menjual 5 jenis camilan, yaitu kacang kriwil, cistick, keripik pisang, kacang bawang, dan akar sampai.

Semula ia hanya berusaha mengisi waktu luang. Namun, dari hari ke hari peminat snack yang dijualnya semakin diminati oleh banyak orang.

“Tapi ya awalnya sih bukan serius, karena saya kan suami kerja bengkel. Jadi, saya cuman iseng-iseng aja,” terang dia saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (18/11/2023).

“Lama-kelamaan semakin banyak yang pesen. Jadi ya alhamdulillah sampai sekarang saya tekuni,” ujarnya.

Saat ini, camilan yang dijualnya telah dipasarkan ke seluruh kecamatan di Kukar. Ia juga acap memasarkannya ke Kabupaten Kutai Barat.

Camilan yang diproduksi Srinie juga telah merambah pasar di Pulau Jawa, salah satunya di Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur.

“Kadang ya kalau lebaran sampai kardus gede gitu kalau ke Surabaya, karena dia suka. Penggemar gede saya di situ,” jelasnya.

Setiap kali produksi, ia memproduksi camilan cistick sebanyak 50 kilogram. Dalam sebulan, ia bisa melakukan produksi empat kali.

“Sekali produksi kemaren 65 sisir kripik pisang. Jadi, satu gentong penuh itu lagi di-packing,” ucapnya.

Bagi masyarakat yang ingin memesan camilan ringan dengan rasa yang enak dan murah, bisa membelinya di Special Snack yang beralamat di Jalan Awang Long Senopati, RT 01, Nomor 11, Kelurahan Sukarame, Kecamatan Tenggarong. Pemesanan juga bisa dilakukan lewat nomor WhatsApp 081350281192. (adv/mt/fb)

Koperasi Melayu Sejahtera Dapat Status Sehat dari Diskop-UKM Kukar

TENGGARONG – Koperasi Melayu Sejahtera merupakan satu dari 10 koperasi sehat di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada tahun 2023.

Tahun ini bukan kali pertama koperasi tersebut mendapatkan status tersebut. Koperasi Melayu Sejahtera pernah mendapatkan status itu pada tahun 2020. Kala itu, koperasi tersebut menempati peringkat pertama koperasi sehat di Kukar.

Sekretaris Koperasi Melayu Sejahtera, Surianty menjelaskan, status koperasi sehat tersebut mereka dapatkan dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskop-UKM) Kukar.

Salah satu alasannya karena Koperasi Melayu Sejahtera memiliki kinerja keuangan yang bagus.

“Yang pasti keuangannya dulu yang mereka lihat,” terang dia saat ditemui di kantornya pada Jumat (17/11/2023).

Selain itu, ungkap dia, Diskop-UKM Kukar menetapkan koperasi sehat dari segi pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) setiap tahun.

Pada saat pandemi Covid-19, Surianty mengungkapkan, pihaknya tetap melaksanakan RAT, baik secara langsung maupun daring.

RAT merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap tahun. RAT tergolong penting karena bisa menjadi wadah bagi pengelola koperasi untuk melaporkan kinerja koperasi selama setahun.

“Selain memang wajib, tapi kami harus juga mengasih tahu anggota-anggota. Mereka kan ada gala pembagian hasil keuangan. Itu kan harus tahu juga,” ujarnya.

Dia berharap semua anggota Koperasi Melayu Sejahtera proaktif dalam menjalankan dan mengembangkan koperasi tersebut.

Salah satu caranya, sebut dia, apabila anggota mengajukan peminjaman dana kepada koperasi, maka ia berkewajiban untuk menghindari tunggakan yang terlalu besar.

Tunggakan yang terlalu besar dari anggota, lanjut Surianty, akan membawa dampak buruk bagi kinerja koperasi di masa depan.

Ia menegaskan bahwa setiap anggota harus menanamkan prinsip bahwa koperasi merupakan wadah berhimpun anggota keluarga. “Kita ini kan asasnya benar-benar asas kekeluargaan,” tuturnya. (adv/mt/fb)

Syarat-Syarat Pengajuan Pinjaman Dana di Koperasi Melayu Sejahtera

TENGGARONG – Koperasi Melayu Sejahtera mensyaratkan bagi para peminjam dana di koperasi tersebut berstatus sebagai anggota.

Sekretaris Koperasi Melayu Sejahtera, Surianty menjelaskan, peminjam dana koperasi harus memiliki jaminan.

Secara umum, maksimal dana yang boleh dipinjam anggota berjumlah Rp 15 juta. Tenornya selama 2 tahun.

Kata dia, tak semua anggota koperasi dapat meminjam dana Rp 15 juta. Pasalnya, peminjam harus memenuhi sejumlah kualifikasi yang telah ditetapkan Koperasi Melayu Sejahtera.

“Jadi, ada seleksi lagi. Ini enggak semua orang bisa Rp 15 juta meminjamnya,” jelas dia saat ditemui di kantornya pada Jumat (17/11/2023).

Sejumlah anggota koperasi pernah mengajukan usulan agar maksimal dana yang dipinjam dari Koperasi Melayu Sejahtera senilai Rp 50 juta. “Kami enggak berani. Masih terlalu besar,” tegasnya.

Anggota yang mengajukan pinjaman dana akan terlebih dahulu ditanyakan terkait pinjaman lain selain dari koperasi, seperti bank dan lembaga keuangan lainnya.

Bagi anggota koperasi yang berstatus sebagai pegawai Kelurahan Melayu, ia bisa menggunakan jaminan insentif atau potong meja.

“Kami dari pengurus dan pengelola tuh ada kebijakan. Jadi, kami bisa lihat orangnya dulu seperti apa,” bebernya.

Anggota yang meminjam uang dari koperasi digunakan untuk berbagai keperluan, di antaranya untuk menambah modal usaha dan biaya sekolah anak.

Secara umum, sebut dia, anggota-anggota yang meminjam dana dari koperasi digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.

Kata Surianty, para anggota koperasi yang meminjam dana dengan sistem LPD umumnya mereka yang belum memiliki usaha.

“LPD itu tetap dipertanggungjawabkan. Dan LPD itu yang belum punya usaha. Kalau yang lain kan pegawai di sini,” tuturnya. (adv/mt/fb)

Dibentuk Tahun 2006, Koperasi Melayu Sejahtera Miliki 100 Anggota

TENGGARONG – Saat dibentuk pada tahun 2006, Koperasi Melayu Sejahtera berbentuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

LPD adalah lembaga keuangan yang dimiliki desa, yang melakukan fungsi keuangan serta mengelola sumber daya keuangan milik desa atau kelurahan dalam bentuk simpan pinjam.

Sekretaris Koperasi Melayu Sejahtera Surianty menjelaskan pada tahun 2015 LPD tersebut diganti menjadi Koperasi Melayu Sejahtera.

Setelah itu, pihaknya bekerja sama dengan warga Kelurahan Melayu untuk mengelola koperasi tersebut.

“Misalnya ketua RT atau masyarakatnya,” ucap dia saat ditemui di kantornya pada Jumat (17/11/2023).

Koperasi ini merupakan koperasi serba usaha, seperti usaha jasa, konsumsi, simpan pinjam, dan lain-lain.

Sebelumnya, koperasi memang boleh berbentuk serba usaha, tetapi sekarang koperasi hanya diperbolehkan untuk fokus pada satu jenis usaha.

“Simpan pinjam ya simpan pinjam. Kalau jasa, ya jasa. Begitu,” jelasnya.

Saat ini, anggota Koperasi Melayu Sejahtera berjumlah 100 orang. Mereka berasal dari warga Kelurahan Melayu dan pegawai kelurahan.

Namun, anggota yang aktif hanya 80 orang. Pasalnya, sebagian dari mereka sudah meninggal dunia. Ada juga yang keluar dari keanggotaan koperasi.

Kata dia, anggota memutuskan keluar dari koperasi karena dua alasan: permintaan sendiri dan dikeluarkan oleh pengurus koperasi.

“Biasanya misal dikeluarkan tuh karena biasanya nunggak lama atau ada apa. Itu sesuai AD/ART dikeluarkan,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Kohiman Bawa Berkah bagi Warga Muara Kaman

TENGGARONG – Sutaman, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Desa Cipari Makmur, Kecamatan Muara Kaman menggeluti produk olahan yang diberinya nama Kopi Hitam Mantap Muara Kaman (Kohiman).

Dia menyebutkan bahwa jika usaha kopinya semakin berkembang, maka hal itu akan menambah lapangan pekerjaan baru.

Misalnya, beberapa kelompok tani memiliki lahan kosong dan ditanami pohon biji kopi, hasil panennya pun ditampungnya.

Secara tidak langsung lahan kosong yang dimanfaatkannya menjadi pekerjaan baru bagi kelompok-kelompok tani di kecamatan tersebut.

“Kalau memang usaha kopi saya ini bisa berkembang, justru kan bisa untuk menambah tenaga kerja. Seperti itu. Bagi saya, pemikiran saya, itu sudah menambah tenaga kerja,” ucapnya ketika ditelepon via WhatsApp pada Kamis (16/11/2023).

Untuk mengembangkan usahanya, ia sudah mengurus sertifikat halal dan legalitas lain produknya. Proses tersebut dibantu oleh jajaran Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskop-UKM) Kabupaten Kukar.

Jika produknya tidak bersertifikat, konsumen ragu membeli produk Kohiman. “Allhamdulillah ini sudah ada relawan yang menguruskan sertifikat halalnya. Allhamdulillah kemarin sudah beres,” ujarnya.

Dalam proses mengembangkan produknya, ia menghadapi beberapa kendala, salah satunya peralatan produksi.

Saat ini, ia masih memproduksi produknya menggunakan peralatan manual, salah satunya dapur tanah untuk menyangrai biji kopi. Usah menyangrai merupakan salah satu tahapan mengolah biji kopi.

Biji kopi berwarna hijau kekuningan yang baru dipanen harus disangrai hingga berwarna cokelat kehitaman. Tujuannya untuk mendapatkan aroma dan cita rasa di lidah penikmatnya.

“Numbuknya masih pakai lumpang. Kalau orang Jawa namanya lumpang sama alu. Kalau penggilingan sudah ada mesin, cuman kecil. Namanya swadaya sih, Pak. Jadi semampunya,” pungkas Sutaman. (adv/mt/fb)

Produk Kohiman sudah Tembus Pasar Nasional

TENGGARONG – Salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) asal Kukar Sutaman memproduksi produk olahan kopi yang kemudian berhasil memasarkan produknya hingga Jakarta.

Pelaku UMKM asal Desa Cipari Makmur, Kecamatan Muara Kaman tersebut berhasil mengembangkan usaha olahan kopinya dengan nama Kopi Hitam Mantap Muara Kaman (Kohiman).

Dia mengungkapkan, selain memasarkan produknya di pasar lokal seperti Kukar dan Samarinda, produk Kohiman kerap dikirim kepada konsumennya di Jakarta.

“Sudah sampai ngirim ke Jakarta. Itu sering ke Jakarta,” ungkap dia saat diwawancarai via WhatsApp pada Kamis (16/11/2023).

Hal ini juga berkat bantuan Pemkab Kukar yang sering mengunjungi tempatnya. Menurut dia, kunjungan itu secara tidak langsung turut membantu mempromosikan produk kopinya.

Rata-rata setiap bulan ia menghabiskan 50 kilogram bahan baku biji kopi mentah untuk memproduksi Kohiman. Namun, 50 kilogram bahan baku tersebut tidak semuanya dijual kepada konsumennya.

Kata dia, 10 kilogram bahan baku diolahnya untuk diberikan secara gratis sebagai bagian dari promosi di masyarakat.

Hal itu merupakan strategi yang dilakukannya untuk memasarkan produk Kohiman dengan menyediakan tester.

Bermodal produk tester, masyarakat meracik sendiri kopinya sesuai dengan selera. Setelah diminum dan rasanya cocok, maka mereka akan berminat untuk membelinya.

“Kalau memang enggak cocok, enggak beli, itu enggak masalah. Karena memang kami ini sekeluarga sudah niat,” imbuhnya.

Kohiman dijual dengan harga Rp 30 ribu untuk rasa original dan Rp 35 ribu untuk rasa jahe. Beratnya 180 gram per bungkusnya. “Itu tergolong harga yang murah,” katanya.

Apalagi dibandingkan dengan harga bahan baku biji kopi mentah yang harganya masih tergolong tinggi.

Walau dijual dengan harga yang murah dan hasil keuntungannya itu tidak seberapa, yang penting usahanya ini bisa terus berjalan.

“Kalau banyak yang beli, untungnya juga akan banyak, pada prinsip nya seperti itu,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Perjalanan Sutaman Mengembangkan Kohiman, Produk Kopi Asli dari Petani Muara Kaman

TENGGARONG – Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sutaman terlebih dahulu berjualan jajanan sebelum menekuni usaha Kopi Hitam Mantap Muara Kaman (Kohiman).

Selain penjual jajanan, ia juga berprofesi sebagai seorang petani sayuran di Desa Cipari Makmur, Kecamatan Muara Kaman.

Setelah itu, dia mulai melihat peluang lain dalam berwirausaha dengan mencoba membuat produk kopi pada tahun 2019.

Dasarnya, kata dia, produk olahan kopi di Kalimantan masih tergolong langka. “Setelah itu saya awalnya mencoba gitu. Saya coba kok bisa jalan ya; tetap bisa berjalan terus,” ucap dia saat diwawancari via WhatsApp pada Kamis (16/11/2023).

Karena minim bahan baku kopi, ia kerap mencari bahan bakunya dari Samarinda. Sejak saat itu, ia mencoba memikirkan cara agar bisa meningkatkan sektor pertanian di desanya.

“Saya pikir kalau dari Samarinda, enggak bisa memperkembangkan di wilayahnya desa sendiri,” sebutnya.

Sutaman pun berinisiatif menawarkan kepada masyarakat atau kelompok-kelompok tani di desanya untuk menanam pohon kopi.

Jika para petani memanen biji kopi mereka, ia sendiri yang menampung hasil panen mereka, agar para petani tidak kebingungan mencari pasar.

“Alhamdulillah, setelah tak terangkan, akhirnya kelompok-kelompok ini kan sanggup nanam,” ujarnya.

Dia menerima hasil panen dari kelompok tani tersebut. Usahanya pun bisa terus berjalan dan berkembang.

Setelah menampung bahan baku biji kopi dan diolah menjadi produk kopi, dia tak pernah merasa takut produknya tidak laku di pasar.

Pasalnya, ia bisa meminta bantuan pemerintah untuk memasarkan produknya. Produk kopinya juga sudah dalam bentuk kemasan sehingga dia tidak perlu menunggu pesanan terlebuh dahulu baru melakukan produksi.

“Seperti itu dalam pemikiran saya. Jadi, enggak takut nanti enggak jadi uangnya. Itu enggak ada, Pak. Memang sudah niatlah musyawarah dengan keluarga,” pungkasnya. (adv/mt/fb)