Kembangkan Rumah Jahit Alda, Ada Al Ali Murrobbaniyah Ingin Buat Butik dan Toko Kain

TENGGARONG – Ada Al Ali Murrobbaniyah berencana membangun butik sendiri. Dia ingin butiknya dihiasi baju-baju yang merupakan karya Rumah Jahit Alda.

Selain itu, perempuan yang masih berusia 21 tahun tersebut berencana membuka toko kain.

Keberadaan toko kain dinilai Alda dapat memudahkan konsumennya untuk memilih berbagai jenis kain yang dapat digunakan untuk membuat baju.

“Mudahan saja harapan-harapan saya itu bisa dikabulkan oleh Allah,” ucap dia saat ditemui di tempat usaha Rumah Jahit Alda pada Kamis (23/11/2023).

Saat ini, ia sedang mengumpulkan modal untuk mewujudkan mimpi tersebut. Pasalnya, untuk membuat butik dan toko membutuhkan dana yang tak sedikit.

Ia menargetkan rencana tersebut terwujud dalam 3 tahun ke depan. Dalam waktu itu pula dia akan berusaha mengembangkan Rumah Jahit Alda.

“Memang selama ini saya jalankan di rumah saya aja. Maunya saya punya tempat usaha sendiri,” harapnya.

Meski begitu, usahanya terus berkembang dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan jumlah karyawannya yang terus bertambah di Rumah Jahit Alda.

“Merekalah yang mau saya berdayakan membuat baju-baju yang sudah ready itu,” ucapnya.

Alda berpesan kepada wirausaha muda agar tidak takut memulai usaha baru. Usaha apa pun yang digeluti harus terus dijalankan dan dikembangkan secara perlahan.

“Jangan patah semangat juga. Kita enggak tahu rezeki kita di mana. Kayak gitu. Siapa tahu rezeki kita diusaha ini,” imbuhnya.

Dia juga menyarankan para pengusaha muda agar tak pantang menyerah karena mendapatkan berbagai tantangan dalam menjalankan usaha.

“Jangan sampai kita gagal karena komplain orang, misalnya. Jangan sampai kita berhenti untuk sampai di situ aja. Jadi, terus maju; terus jadikan kesalahan-kesalahan itu sebagai dorongan untuk kita terus berkembang,” tutup Alda. (adv/mt/fb)

Perjalanan Rumah Jahit Alda: Dari Pembuat Masker hingga Ragam Pakaian

TENGGARONG – Ada Al Ali Murrobbaniyah menceritakan perjalanan usaha menjahitnya. Ia mendirikan usaha tersebut pada tahun 2020.

Tak berselang lama, usaha perempuan yang akrab dipanggil Alda itu harus berhadapan dengan pandemi Covid-19.

Kala itu, pemerintah mendorong masyarakat agar tetap berada di rumah. Mereka hanya boleh keluar rumah dengan menggunakan masker.

Kelangkaan masker mendorong Pemkab Kukar membagikan masker kepada masyarakat. Penutup mulut dan hidung yang dibagikan tersebut berasal dari para penjahit asal Kukar, salah satunya Alda.

Pemkab Kukar menugaskan Alda untuk membuat 50 masker per bulan selama tiga bulan berturut-turut.

“Alhamdulillah saya punya mesin. Waktu itu mesin portabel. Dan mesin itu juga yang bantu saya buat bikin-bikin masker,” jelas dia saat ditemui di tempat usaha Rumah Jahit Alda pada Kamis (23/11/2023).

Belakangan, dia memberanikan diri menerima pesanan pembuatan pakaian pria dan wanita seperti baju kemeja, batik, pengantin, payet, kebaya dan lain-lain.

Ia mempromosikan usaha menjahitnya di media sosial. Lewat platform digital tersebut, banyak konsumen yang memintanya membuat baju dengan ragam model. Baju yang dipesan konsumennya ia unggah kembali di akun media sosial Instagramnya.

“Ternyata banyak peminatnya. Jadi, di situlah mulainya berkembang usaha jahit saya,” ungkapnya.

Alda bersyukur bisa memiliki mesin jahit portabel. Mesin tersebut dibelikan oleh orang tuanya, yang sampai sekarang masih digunakannya untuk menjahit beragam pakaian.

“Alhamdulillah dari satu mesin itu bisa menghasilkan beberapa rupiah. Itu yang bisa membuat terkumpul lagi modalnya untuk membeli mesin-mesin jahit yang lain,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Rumah Jahit Alda: Buat Pakaian, Kursus, hingga Terima Siswa Magang

TENGGARONG – Ada Al Ali Murrobbaniyah menerima pesanan pembuatan baju. Selain itu, ia membuka kursus menjahit di Rumah Jahit Alda.

“Sambil berjalan, juga membuka khusus menjahit,” beber dia saat ditemui di tempat usaha Rumah Jahit Alda pada Kamis (23/11/2023).

Dalam kursus tersebut, dia mempersilahkan semua kalangan yang ingin belajar menjahit mendaftarkan diri di Rumah Jahit Alda. Pendaftar bisa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Bisa juga orang tua dan anak-anak.

Selama ini ia telah mengajarkan siswa, ibu-ibu, dan anak-anak dalam kursus menjahit tersebut.

Dalam kursus itu, peserta diajarkan terlebih dahulu cara mengoperasikan mesin jahit. Lalu, peserta diperkenalkan bermacam-macam mesin jahit.

Berikutnya, peserta diajarkan pola dasar. “Seperti pola depan, pola belakang, pola tangan,” ujarnya.

Setelah itu, ungkap Alda, peserta kursus diperkenalkan rumus-rumus dalam menjahit berikut materinya.

“Kalau bikin baju ada namanya mengukur badan. Jadi, hasil ukuran itulah yang masuk di dalam rumus. Lalu, dicetak ke dalam pola. Lalu, hasil polanya itu ditaruh di kain. Lalu digunting. Setelah itu baru dijahit. Jadilah sebuah baju,” terangnya.

Selain kursus menjahit, 2 tahun terakhir Rumah Jahit Alda menerima siswa-siswa SMK Negeri 2 Tenggarong jurusan tekstil dalam Praktik Kerja Industri (Prakerin).

Para pelajar tersebut mengikuti program magang di Rumah Jahit Alda selama 3 bulan. Mereka memperdalam ilmu kejuruan di bidang mode atau fashion.

Selama mengikuti program magang, mereka diajarkan cara-cara menjahit seperti mengoperasikan mesin jahit hingga membuat baju.

“Pada tahun 2022 itu ada 4 orang, 2023 kemarin itu ada 7 orang, dan 2024 mendatang itu yang sudah mendaftar ada kurang lebih 14 orang yang akan Prakerin,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Ada Al Ali Murrobbaniyah Jalani Kuliah Sembari Mengembangkan Usaha

TENGGARONG – Pelaku usaha mikro, kecil, menengah asal Kukar Ada Al Ali Murrobbaniyah menjalankan usaha sembari melakoni pendidikan di perguruan tinggi.

“Saya menjalankan usaha saya ini sambil berkuliah,” ungkap dia saat ditemui di tempat usaha Rumah Jahit Alda pada Kamis (23/11/2023).

Perempuan yang akrab dipanggil Alda ini melanjutkan studinya di Fakultas Agama Islam Universitas Kutai Kartanegara.

Saat mendirikan Rumah Jahit Alda pada tahun 2020, ia menghadapi kendala dalam membagi waktu untuk kuliah dan usaha.

Namun, ia mampu melewati semua tantangan tersebut. Saat ini, Alda sedang menyusun skripsi, yang merupakan tahap akhir dalam penyelesaian studi di perguruan tinggi.

Karena itu pula Alda tidak lagi kesulitan membagi waktu. Dia merasa sudah bebas mengatur waktu untuk menjalankan usaha serta menyelesaikan studi.

“Kalau kayak kemarin-kemarin waktu masih full banget kuliah, (saya kesulitan membagi waktu), tapi sekarang alhamdulillah lebih enak,” ucapnya.

Selain itu, dia sudah memiliki 2 orang karyawan untuk membantunya menjalankan usaha menjahit di Rumah Jahit Alda.

Karyawannya merupakan lulusan sekolah kejuruan yang pernah mengikuti Praktik Kerja Industri (Prakerin) di tempat usahanya.

Selama Prakerin, dia sudah mengajarkan semua pengetahuannya kepada karyawan yang pernah mengikuti program magang tersebut.

“Setelah lulus Prakerin, saya tarik kembali untuk membantu saya lagi di Rumah Jahit Alda ini sambil sekolah. Jadi, mereka sepulang sekolah, mereka ke sini,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Lulusan SMK Negeri 2 Tenggarong Dirikan Rumah Jahit Alda

TENGGARONG – Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah asal Kukar Ada Al Ali Murrobbaniyah mendirikan usaha menjahit yang diberinya nama Rumah Jahit Alda. Ia mendirikan usaha tersebut setelah lulus dari SMK Negeri 2 Tenggarong.

Saat menempuh pendidikan di SMK Negeri 2 Tenggarong, perempuan yang akrab dipanggil Alda ini mengambil jurusan tekstil. Ia fokus di bidang mode (fashion).

Dia menjelaskan bahwa jurusan tekstil memiliki banyak jenis, seperti keterampilan membuat boneka, keset dan lain-lain dari kain perca atau sisa kain yang tidak digunakan.

“Kalau saya fokus di bidang fashion. Jadi, membuat buat baju gaun-gaun dan juga baju-baju batik,” ucap dia saat ditemui di tempat usaha Rumah Jahit Alda pada Kamis (23/11/2023).

Sebelum mendirikan usaha menjahit, ia terlebih dahulu bekerja sebagai penjahit di Mafara. Pekerjaan itu dilakoninya saat duduk di bangku sekolah.

Kata dia, pemilik Mafara pernah bekerja dengan Dian Wahyu Utami, yang merupakan seorang pengusaha dan pelopor mode hijab pertama di Indonesia bernama Dian Pelangi Fashion.

Selama 2 tahun bekerja dengan Mafara, ia mendapatkan banyak pengalaman dan ilmu tentang jahit menjahit. Selain itu, dia juga mendapatkan ilmu tersebut dari sekolahnya.

“Membuat baju pengantin, membuat baju batik, membuat baju kemeja dan lain-lain, juga waktu itu kami belajar memasang payet kepada baju pengantin,” ungkapnya.

Di Rumah Jahit Alda, ia menerima pembuatan semua jenis baju, seperti baju pengantin, kebaya, payet, braismade, dress, kemeja pria dan wanita, jaz formal pria dan wanita, pakaian batik pria dan wanita, pakaian couple, PDH organisasi dan produk jahitan lainnya.

Bagi Anda yang ingin membuat baju dengan harga terjangkau dan berkualitas, bisa mendatangi Rumah Jahit Alda di Jalan Triyu 2, Gang Triyu Indah, RT 42, Kelurahan Loa Ipuh, Tenggarong. Anda bisa juga DM di Instagram @rumahjahitalda dan WhatsApp ke nomor 085705175744. (adv/mt/fb)

Pemilik Jati Borneo Berniat Mengolah Limbah Kayu Jadi Produk Bernilai Ekonomis

TENGGARONG – Pemilik usaha Jati Borneo Suparman berharap dapat memanfaatkan limbah kayu. Pasalnya, limbah tersebut dapat diolah menjadi produk turunan yang bahkan bisa diekspor ke luar negeri.

“Limbah di sini sayang. Padahal, kayu-kayu bagus, tapi belum dimanfaatkan; belum ada yang bisa (memanfaatkannya),” terang dia saat ditemui di tempat usahanya pada Rabu (22/11/2023).

Ia mencontohkan di Pulau Jawa. Limbah kayu dari pabrik mebel dijadikan sebagai produk kerajinan tangan yang dijual dengan harga yang cukup tinggi.

Hal ini berbeda dengan limbah kayu di Kukar yang belum dimanfaatkan. “Sementara ini kan dibuang aja. Sayang betul. Saya melihat itu. Padahal, prospek itu bagus,” ucapnya.

Suparman memiliki konsep untuk memanfaatkan limbah kayu yang dihasilkannya setiap hari yang berasal dari sisa pembuatan produk-produk furnitur.

Namun, ia belum memiliki dana yang cukup untuk membeli alat-alat yang dibutuhkan untuk mengolah limbah kayu tersebut.

Ia menyebut salah satu contoh produk yang berasal dari limbah kayu adalah anyaman tikar.

Di Kalimantan, anyaman tikar berbahan dasar rotan. Namun, tikar tersebut juga bisa dibuat dari limbah kayu.

Limbah kayu sungkai, kata dia, dapat dibuat memanjang menyerupai rotan. Proses pengolahannya bisa dilakukan menggunakan mesin dowel.

Setelah itu, pengrajin bisa menganyamnya menjadi tikar berbahan dasar limbah kayu sungkai. “Menurut saya laku itu daripada dibuangi,” ujarnya.

Suparman menerangkan bahwa banyak produk turunan lain yang bisa dihasilkan dari limbah kayu yang bernilai ekonomis.

“Jadi, jangan sampai ada limbah yang terbuang. Saya sedih melihat kayu yang bagus-bagus di molding itu, kayak kayu ulin, kayak bengkirai, itu kan kayu bagus,” tutupnya. (adv/mt/fb)

Suparman: Produk Furnitur Tidak akan Sepi Peminat

TENGGARONG – Owner Jati Borneo Suparman menyebut produk dari usaha furnitur berbahan dasar kayu tidak akan sepi peminat. Pasalnya, furnitur akan selalu dibutuhkan manusia sepanjang masa.

“Tinggal kita bisa mengikuti perkembangannya; modelnya kayak apa. Ikut itu aja menyesuaikan,” ucap dia saat ditemui di tempat usaha Jati Borneo pada Rabu (22/11/2023).

Prospek pengembangan usaha furnitur berbahan kayu, lanjut dia, akan selalu terbuka dari waktu ke waktu. Apalagi pemiliknya bisa menjangkau daerah-daerah lain di luar pulau. “Prospeknya itu masih bagus,” ujarnya.

Namun, kata dia, kendala utama dalam usaha tersebut adalah ketersediaan tenaga kerja yang bersedia membantu mengembangkan usaha ini.

Menurutnya, sebagian besar generasi muda saat ini kurang tertarik menjalankan usaha furnitur. Padahal, peluang usaha ini sangat menjanjikan di masa depan.

“Asalkan kita bisa mengelolanya dengan bagus,” tuturnya.

Ia mengungkapkan, kayu untuk pembuatan produk furnitur sangat melimpah di Kukar. Bahkan, kayu yang berasal dari Kukar dibawa ke daerah-daerah lain. “Saya lihat dikirim ke Bali itu banyak,” sebutnya.

Suparman menggunakan kayu mahoni, jati, dan sungkai untuk membuat berbagai produk permebelan.

Berdasarkan pengalamannya, 3 jenis kayu tersebut sangat bagus untuk dijadikan produk furnitur. Kayu-kayu itu pun mudah didapatkan di Kukar.

“Kalau bahan insyaallah enggak ada masalah. Cukuplah untuk kita ini,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Lika-liku Perjalanan Suparman Membesarkan Usaha Jati Borneo

TENGGARONG – Bermodal pengalamannya sebagai tukang dan molding, Suparman bisa menghasilkan semua produk furnitur berbahan kayu asal Kalimantan.

Ia mengawali usahanya yang diberinya nama Jati Borneo pada tahun 2019. Empat tahun berjalan, Jati Borneo kian berkembang seiring pemesan produk furnitur yang kian menjamur di Kaltim.

“Furnitur apa aja. Perabotan rumah tangga yang berhubungan sama kayu itu saya kerjain,” ucapnya saat ditemui di tempat usaha Jati Borneo pada Rabu (22/11/2023).

Sebelum mendirikan Jati Borneo, ia pernah menjalankan usaha molding yang menerima pemesanan pembuatan pintu, kursi, meja dan lain-lain.

Usaha itu telah dijalankannya sejak tahun 1990-an. Ia merupakan orang pertama yang membuka usaha molding di Tenggarong.

Setelah berjalan selama puluhan tahun, ia memutuskan untuk menutup usaha tersebut karena dia mengalami musibah kecelakaan.

“Enggak bisa kerja lagi. Terus aset saya, saya jual semua,” ungkapnya.

Setelah itu, ia memutuskan untuk bekerja dengan orang lain. Kala itu, dia menjaga toko dan membantu istrinya berjualan.

Seiring waktu berjalan, Suparman mendapatkan peluang untuk kembali membuka usaha, yang berhubungan dengan kompetensinya di bidang pertukangan.

Dia memulai usaha tersebut dari nol. Sebelum membeli alat, ia meminjam alat pertukangan dari temannya yang juga berprofesi sebagai tukang. “Pertama itu kan enggak punya alat, minjam teman,” ungkapnya.

Belakangan, Suparman secara perlahan membeli dan melengkapi peralatan-peralatan yang dibutuhkannya untuk menjalankan usaha barunya.

Bermodal kompetensinya sebagai tukang yang dapat membuat berbagai produk furnitur, usaha Jati Borneo pun secara perlahan berkembang.

“Alhamdulillah karena memang sudah ada basic-nya (sebagai tukang kayu). Jadi, enggak terlalu repot lagi. Terus saya bikin kayak kitchen set, lemari segala macam. Nah, itu sudah biasa, enggak belajar dari awal dari nol lagi,” pungkasnya. (adv/mt/fb)

Jual Ragam Produk Furnitur, Suparman Gunakan Kayu Asli Kalimantan

TENGGARONG – Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah asal Kukar Suparman mendirikan usaha yang diberinya nama Jati Borneo.

Jati Borneo memproduksi berbagai produk olahan yang berbahan dasar kayu seperti daun pintu, kitchen set, meja, kursi, lemari, dan barang-barang furnitur lainnya.

Ide usaha ini muncul saat ia melihat orang-orang yang sedang ramai membuat rak kembang di Tenggarong, Kabupaten Kukar.

Saat itu, pandemi Covid-19 sedang menyerang Indonesia. Kukar pun terkena dampaknya. Pemerintah akhirnya memerintahkan masyarakat bekerja di rumah mereka masing-masing.

“Kan dulu orang pada di rumah ya. Lagi bikin rak-rak kembang. Saya melihat itu, ‘oh rame nih orang-orang bikin rak kembang.’ Saya coba-coba. Dari awal itu,” ucap dia saat ditemui di tempat usaha Jati Borneo pada Rabu (22/11/2023).

Dia pun memulai usahanya dengan membuat rak kembang dan produk furnitur lainnya yang berbahan dasar kayu.

Basic saya memang tukang. Jadi, bisa bikin apa saja gitu. Cuman yang lagi rame waktu itu kan rak kembang,” ujarnya.

Saat pandemi Covid-19, kayu jati belanda menjadi bahan baku paling diminati masyarakat. Namun, ia melihat kayu tersebut kualitasnya tergolong biasa. Dia pun memutuskan untuk tidak menggunakannya.

Suparman memilih menggunakan kayu lokal seperti kayu sungkai. Kayu ini dinilainya tak kalah berkualitas dibandingkan kayu-kayu lain dari luar daerah.

“Makanya usaha saya ini saya kasih nama Jati Borneo. Pokoknya jati Kalimantan asli,” tuturnya.

Jati Borneo menyediakan produk berbahan dasar kayu asli dari Kalimantan seperti sungkai, jati, mahoni dan lain-lain.

Bagi warga Tenggarong dan sekitarnya yang ingin membuat daun pintu, jendela, meja, kursi, kitchen set, dan berbagai alat perabotan dari bahan kayu bisa memesannya di Jati Borneo.

Alamatnya di Jalan Rondong Demang, Nomor 18, RT 10, Kelurahan Panji, Tenggarong. Untuk memesan ragam furnitur, Anda juga bisa menghubungi nomor Suparman di 082250352837. (adv/mt/fb)

Peluang Usaha Budi Daya Jamur Tiram di Kukar

TENGGARONG – Budi daya jamur tiram memiliki peluang pasar yang sangat besar di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Owner Pondok Hidayah Jamur Shobirin mengungkapkan bahwa permintaan konsumen di Kukar terhadap jamur tiram sangat tinggi.

“Apalagi kita mau penetrasi ke Samarinda dan daerah-daerah sekitarnya. Insyaallah itu masih tetap potensial,” ungkapnya sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Kukar pada Selasa (21/11/2023).

Ia mencontohkan saat kemarau panjang yang melanda Kukar selama tiga bulan terakhir. Produktivitas budi daya jamur tiram yang rendah membuat permintaan pasar meningkatkan.

“Rata-rata kita kekurangan juga, apalagi kemarin yang cuaca ekstrem kemarin itu,” bebernya.

Pasar jamur tiram di Kukar, sambung Shobirin, terbuka lebar. Pasalnya, semua kalangan mengonsumsi jamur tersebut.

“Untuk kalangan atas memang di bagian…kaum vegetarian itu lebih suka dengan jamur tiram,” sebutnya.

Meski begitu, ia kerap menghadapi tantangan dalam mengembangkan usaha budi daya jamur tiram. Namun, tantangan tersebut tak mematahkan semangatnya dalam berusaha.

“Di situ kita harus…tetap usaha, tetap belajar, tetap tekun menekuni usaha yang kita jalani, dan terus belajar apa pun halangannya. Kita harus…bertahan dan terus maju,” imbuhnya.

Ia berpesan kepada wirausaha yang masih merintis usahanya agar tak berhenti menekuni usaha yang tengah dijalankannya. “Pahami alurnya dan nikmati prosesnya,” saran dia.

Shobirin mengaku tak memasang target muluk-muluk dalam berusaha. Usaha yang dapat menopang kebutuhannya sehari-hari saja dinilainya sudah sangat baik.

“Walaupun kita harapannya tentu punya target-target tertentu, tapi ya…cukup kita sendiri yang tahulah. Mungkin target kita apa, tapi intinya kita akan terus bertahan, belajar, dan terus berkembang,” tutupnya. (adv/mt/fb)